PK IMM FISIPOL UMY
Fastabiqul khairat

Stoikisme Kuliah: Seni Mahasiswa Mengarungi Masalah Akademik

Spread the love

Oleh: Rasya Raditya Hariana (Bidang Hikmah)

*Pinterest.com

Sebagai mahasiswa, kita sering dihadapkan pada berbagai masalah baik dalam ranah akademik maupun sosial yang dapat meningkatkan tingkat emosi kita. Hal ini seringkali membuat kita merasa pesimis dan kurang termotivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang menumpuk, terutama dengan adanya deadline yang terasa terlalu mepet, capaian nilai yang tidak sesuai harapan, dan penjelasan dari dosen yang terkadang sulit dipahami. Rasa kekhawatiran tentang masa depan pun seringkali menghantui pikiran, terutama bagi mereka yang merasa ragu dengan pilihan jurusan yang telah diambil. 

Namun, bagaimana kita sebagai mahasiswa dapat mengatasi semua rintangan ini dengan tenang dan tetap menjalani kehidupan perkuliahan dengan penuh semangat? Apakah ada tips atau strategi yang dapat membantu kita? Bahkan, mungkinkah bagi kita tetap meraih masa depan yang cerah setelah lulus nanti? 

Filsafat Stoikisme, yang lahir pada zaman Yunani Kuno dan telah ada selama ratusan tahun, dirasa sebagai jawaban yang cocok untuk mengatasi tantangan kita saat ini. Meskipun telah berumur lama, filsafat ini masih sangat relevan dan dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan (Manampiring, 2021), termasuk di bangku perkuliahan. Tetapi apa sebenarnya konsep dasar dari Stoikisme? Bagaimana pengaruhnya dalam membawa kedamaian dan kebahagiaan? Dan apakah prinsip-prinsip filsafat Stoikisme benar-benar sesuai untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam dinamika perkuliahan ini? 

Problematika Mahasiswa di Zona Kampus 

Dalam lingkungan kampus, kita seringkali menghadapi problematika tantangan yang menekan. Beban tugas kuliah yang menumpuk menjadi sumber stres utama, dengan ujian yang terus menerus dan tugas akhir yang membebani sebagai syarat kelulusan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan masa depan setelah lulus, menyebabkan ketakutan akan kesulitan mendapatkan pekerjaan dan kekecewaan orang tua. 

Menurut survey yang dilakukan oleh (​Setyorini, 2019) menyatakan sebanyak 86,8% dari 646 mahasiswa​ mengaku pernah mengalami stres. Tugas kuliah, ujian, dan interaksi dengan dosen menjadi faktor pemicu stres utama, mencapai 40,3%, diikuti oleh kekhawatiran akan pekerjaan setelah lulus sebesar 20,7%, dan penyelesaian tugas akhir atau skripsi sebesar 19,8%. 

Kondisi ini membuat mahasiswa merasa cemas dan frustasi dengan pengalaman mereka di lingkungan perkuliahan. Banyak dari mereka belum mengetahui bagaimana cara mengurangi stres yang mereka alami, dan seringkali melupakan pentingnya menjaga kesehatan mental. 

Data yang disajikan oleh (Rokom, 2023) menunjukkan bahwa remaja rentan mengalami gangguan kesehatan mental, dengan 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam mengendalikan emosi, yang dapat menyebabkan peningkatan tingkat depresi dan stres. Kita sebagai mahasiswa seringkali merasa kebingungan dalam menghadapi situasi ini, dan mencari cara untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan yang diinginkan. 

Adopsi Paradigma Stoikisme untuk Mahasiswa 

Stoikisme merupakan aliran filsafat yang memperkenalkan cara mengelola emosi negatif serta bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini ​(Daily Stoic, n.d.). Aliran ini mencakup penerimaan terhadap situasi yang tak dapat kita ubah, transformasi pada hal-hal yang dapat kita ubah, dan bijaksana dalam membedakan antara keduanya. Meskipun ada banyak filsuf stoikisme, kita akan singkat mengulas pemikiran dari tiga tokoh besar, yaitu Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius, yang relevansinya dapat diaplikasikan oleh kita sebagai mahasiswa dalam menghadapi tantangan akademik. 

Pertama, Epictetus yang memiliki konsep “Kendalikan Apa Yang Dapat Dikendalikan (Up To Us and Not Up To Us)” (Nisa, 2021). Dia menyadari bahwa penderitaan manusia sering kali muncul dari keinginan untuk mengendalikan hal-hal di luar kendali kita (Nisa, 2021). Oleh karena itu, kebahagiaan dan kedamaian batin dapat dicapai dengan menerima kenyataan apa adanya dan fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan.  

Hal ini bisa kita terapkan dalam bangku perkuliahan, di mana kita para mahasiswa seringkali dihadapkan pada banyak hal yang berada di luar kendali kita, seperti jadwal ujian yang ketat, tugas-tugas yang rumit, ketakutan mereka akan akademik, bahkan khawatir akan masa depannya setelah lulus. Kita dapat belajar untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar dapat kita atur, seperti waktu belajar, cara mempersiapkan diri untuk ujian, sikap kita akan tantangan akademik, serta mencari celah karir untuk meraih kesuksesan setelah lulus nanti. Dengan ini, kita bisa menjadi lebih tenang dan tidak mudah stress saat dihadapkan pada masalah-masalah yang tidak bisa kita kendalikan dan fokus atas apa yang bisa kendalikan. 

Selanjutnya, Marcus Aurelius yang memiliki konsep “Ketenangan Dalam Kesulitan” (Aurelius, 2021)​. Melalui karya besarnya yang berjudul “Meditations” kita bisa belajar bahwa ketenangan itu adalah kunci, bahkan di tengah-tengah kesulitan terbesar sekalipun. Marcus memiliki pengalaman yang selalu menghadapi berbagai tantangan dan tekanan sebagai seorang pemimpin karena banyaknya tugas yang membebani dia. Namun dari pengalamannya itu, ia bisa mengembangkan sikap mental yang kuat dan ketenangan dalam menghadapi segala kesulitan. 

Di dunia perkuliahan, tekanan itu terkadang datang dari mana saja. Seperti deadline tugas dan ujian yang memicu kita mudah untuk stress. Namun, dengan kita belajar menerapkan konsep ini, kita bisa berpikir saat diberikan tugas yang berat atau ujian yang menantang, daripada panik atau putus asa, kita bisa belajar untuk tetap tenang dan fokus. Dengan mengubah mindset bahwa tantangan adalah proses yang keren, kita bisa merasa menjadi orang yang hebat setelah melewati tantangan ini. Ingat, kuncinya bukan hanya soal berhasil atau tidak, tapi juga bagaimana kita menjalani prosesnya dengan kepala dingin dan hati lapang. 

Terakhir, Seneca yang memiliki konsep “Kebijaksanaan dari Kecerdasan” (​Stoic Simple, n.d.). Bagi Seneca, kebijaksanaan itu datang dari kecerdasan kita dalam memilih tindakan. Oleh karena itu, jikalau ingin menjadi orang yang bijak, kita harus mampu berfikir panjang sebelum bertindak. Bagi Seneca, keberanian bukanlah bertindak sembarangan, melainkan tentang kemampuan kita untuk memikirkan dan memahami konsekuensi dari setiap tindakan yang kita ambil. 

Konsep ini bisa kita terapkan ketika kita kesal dengan dosen yang sering memberikan tugas berat. Alih-alih langsung protes atau marah, kita bisa merenung dan berfikir terlebih dahulu tentang cara terbaik untuk menyampaikan pendapat kita dengan bijak dan santun. Dengan begitu, kita tidak hanya bisa memperoleh solusi yang lebih baik, tetapi juga bisa menjaga hubungan kita dengan orang lain agar tetap harmonis. Selain itu, ketika kita diberikan tugas melakukan presentasi di depan kelas, itu bisa menjadi kesempatan yang menantang. Namun, jika kita belajar dari Seneca, kita dapat jadi lebih berani, tetapi tetap bijak. Artinya, kita harus bisa memikirkan konsekuensi dari setiap tindakan kita, dan tidak hanya terpancing emosi. Dengan begitu, kita bisa menjadi mahasiswa yang berani menghadapi segala tantangan, tetapi tetap bertindak dengan cerdas dan penuh pertimbangan. 

Menguat Bersama Stoikisme dalam Bangku Perkuliahan 

Dalam perjalanan melalui konsep-konsep Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus, serta melalui filosofi stoikisme secara mendasar, kita telah menemukan kunci-kunci penting untuk menjadi mahasiswa yang tenang, bijaksana, dan berani di dunia perkuliahan. Dari Marcus Aurelius, kita belajar tentang pentingnya ketenangan dalam menghadapi kesulitan, sementara Seneca mengajarkan kita bahwa keberanian sejati datang dari kecerdasan dalam memilih tindakan. Epictetus, dengan konsepnya tentang mengendalikan hal yang dapat dikendalikan, mengingatkan kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan. 

Dengan menerapkan konsep-konsep dari ketiga filsuf stoik ini dalam kehidupan kampus, kita dapat mengembangkan ketahanan mental, keberanian, dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk menghadapi segala tantangan yang datang. Bangku kuliah bukan hanya tempat untuk belajar teori, tetapi juga arena di mana kita bisa mengasah karakter dan kepribadian kita.  

Stoikisme bukan sekadar filosofi kuno, ini adalah ilmu canggih untuk menghadapi tantangan kuliah dengan ketenangan dan kejernihan pikiran. Menerapkan prinsip-prinsip Stoikisme, kita akan menemukan kekuatan untuk mengatasi rintangan akademik, meningkatkan kinerja, dan menciptakan keseimbangan yang harmonis antara studi dan kehidupan. Dengan stoikisme, kita dapat meningkatkan fokus, mengurangi stres, dan membantu kita menjalani kehidupan dinamika kampus dengan lebih tenang dan terkontrol. Hal ini menjadikan kita mahasiswa yang tidak hanya sukses secara akademis, tetapi juga siap menghadapi segala bentuk cobaan dan tantangan yang datang dalam perjalanan kita menuju masa depan. Stoikisme adalah kunci untuk menguatkan diri kita dan harapannya membawa kita menuju kesuksesan yang lebih besar.

Referensi 

​​Aurelius, M. (2021). Meditations. Noura Books Publishing. 

​Daily Stoic. (n.d.). What Is Stoicism? A Definition & 9 Stoic Exercises To Get You Started. Daily Stoic Ancient Wisdom For Everyday Life. Retrieved March 19, 2024, from https://dailystoic.com/what-is-stoicism-a-definition-3-stoic-exercises-to-get-you-started/#what-is-stoicism 

​Manampiring, H. (2021). Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini (P. Wulandari & R. A. Nugroho, Eds.; 25th ed.). Buku Kompas. 

​Nisa, F. (2021, September 1). 3 Resep Hidup Tenang, Ala Filsuf Stoa Epictetus: Some Things are Up to Us, Some Things are Not Up to Us  . Zona Banten. https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-232505233/3-resep-hidup-tenang-ala-filsuf-stoa-epictetus-some-things-are-up-to-us-some-things-are-not-up-to-us?page=all 

​Rokom. (2023, October 12). Menjaga Kesehatan Mental Para Penerus Bangsa. SehatNegeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20231012/3644025/menjaga-kesehatan-mental-para-penerus-bangsa/ 

​Setyorini, I. (2019, July 3). Survei: Tugas Kuliah Jadi Sumber Utama Stres di Kalangan Mahasiswa. Kompas. https://www.kompas.id/baca/muda/2019/07/03/survei-tugas-kuliah-jadi-sumber-utama-stres-di-kalangan-mahasiswa 

​Stoic Simple. (n.d.). Seneca’s Writing on Stoicism and Philosophy. Stoic SImple. Retrieved March 19, 2024, from https://www.stoicsimple.com/senecas-writing-on-stoicism-and-philosophy/ 

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *