PK IMM FISIPOL UMY
Fastabiqul khairat

Kebangkitan Kaum Partisan dan Kehancuran Feminisme

Spread the love
Sumber: Google

Oleh: Zakiyan Fikri Zhafran (Kader IMM Fisipol UMY)

Sebelum membahas lebih dalam terkait materi yang akan aku sampaikan kepada teman-teman sekalian, ada kalannya aku harus memberikan sedikit penjelasan dasar untuk memahami apa itu partisan dan feminisme?. Alasannya tentu agar tidak terjadi kesalahpahaman yang akan terjadi nantinnya. Untuk selanjutnya, feminisme adalah serangkaian gerakan politik, sosial dan ideologi yang memiliki tujuan untuk membangun, mendefinisikan, maupun mencapai kesetaraan gender dalam lingkup ekonomi, politik, pribadi hingga lingkup sosial (roomme.id , 2021). Sedangkan partisanadalah pendukung kuat terhadap sesuatu atau seseorang serta gerilya dan lain sebagainnya menurut dari kamus bahasa Inggris – Indonesia (lambeturah.id , 2021). Namun disini aku akan menjelaskannya dari secara lebih sederhana dari pemahaman yang aku miliki. Intinnya feminisme adalah gerakan sosial kemasyarakatan yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender ke seluruh lingkup kehidupan. Sedangkan partisan adalah gerakan sosial yang memiliki tujuan untuk membebaskan masyarakat dari kebebasan itu sendiri serta perilaku otoriter dan diktaktor dari masyarakat lainnya, secara lebih sederhana adalah gerakan untuk menyeimbangkan kehidupan dengan harapan membentuk masyarakat yang mampu secara mandiri mengatur kebebasannya. Kurang lebihnya seperti itulah penjelasan dasar yang aku maksud, semoga teman-teman sekalian dapat memahaminnya. Kemudian mari kita lanjut dalam pembahasannya.

Aku secara pribadi belum pernah mendengar orang membahas tentang feminisme yang dihubungkan dengan kitab suci, sebagai contoh adalah Al-Qur’an. Bahkan didalam Al-Qur’an sendiri aku belum menemukan ayat yang mendukung feminisme , kesetaraan gender atau yang lainnya. Dan yang kutemukan didalam Al-Qur’an justru adalah tentang keadilan yang berlawanan dengan feminisme atau kesetaraan gender itu sendiri, seperti yang disebutkan dalam salah satu ayat Al-Qur’an dibawah ini.

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (Ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. (Al-Ma’idah : 8)

Dari sini mungkin teman-teman sudah dapat memahami bagaimana maksud dari dalil tersebut, mungkin cara kita menafsirkan bisa jadi sama atau bahkan sangat berbeda. Hal tersebut merupakan salah satu contoh dari sakian banyak ayat dalam Al-Qur’an yang bisa aku kutip, dan jika teman-teman merasa keberatan bisa menghubungkannya dengan ayat lain dalam Al-Qur’an kemudian bisa mendiskusikannya kepada seorang teman ataupun guru. Terkadang aku sempat berpikir kenapa ide feminisme itu sendiri tersering rujukannya berasal dari dunia barat namun jarang dari dunia timur atau mungkin dari agama. Jika memang yang kupikirkan itu benar maka feminisme cepat atau lambat akan mengalami kehancuran, sebaliknya jika yang kupikirkan itu salah maka feminisme akan meraih kemenangannya. Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari bencana perang pemikiran.

Pembahasan selanjutnya adalah mengenai partisan. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, bahwa maksud dari partisan adalah gerakan sosial yang memiliki tujuan untuk membentuk masyarakat yang dapat mengatur kebebasannya secara mandiri. Tentunnya dari sini kita semua memiliki perspektif yang berbeda-beda mengenai sebuah kata dari partisan. Tapi intinnya boleh jadi sama, yaitu seorang yang memiliki keberpihakan terhadap sesuatu dan memperjuangkannya. Bahkan jika kita menengok kedalam sejarah partisan adalah suatu kaum yang digambarkan sebagai sekelompok masyarakat yang berjuang untuk meraih apa yang menjadi impian, mimpi, cita-cita dan harapannya serta hal tersebut pada umumnya tidak asing bagi teman-teman yang suka membaca buku karangannya Nino Oktoriono. Lalu bagaimana jika kita sebenarnya harus menjadi seorang partisan? Jika boleh menghubungkannya kembali dengan Al-Qur’an, maka aku akan mengutipnya dari salah satu ayatnya sebagai berikut.

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah : 216)

Perlu dicatat bahwasannya setiap orang bisa menafsirkan Al-Qur’an dengan carannya sendiri namun alangkah baiknya jika didiskusikan atau mengutipnya dari kitab tafsir dari seorang yang telah berkompeten, sebagai cotoh adalah tafsir Ibnu Katsir. Mari kita lanjut pembahasannya, menurutku kata “berperang” tidak selalu berkonotasi dengan perjuangan lewat jalur militer melainkan dapat melalui jalur lain, mungkin bisa melalui politik, hukum, kesehatan, ekonomi, sosial, sains, dan lain sebagainnya. Dengan kata lain maka perjuangan harus dilakukan baik dikala dalam kondisi sulit maupun keadaan mudah sekalipun, yang intinnya perjuangan tidak boleh berhenti dan harus terus berjalan. Hal inilah yang mendasari kebangkitan perjuangan kaum partisan dalam mencapai kehidupan yang seimbang serta membentuk masyarakat yang dapat secara mampu dan sadar untuk mengatur kebebasannya secara mandiri, yang harapannya tidak akan terbelenggu oleh kebebasan itu sendiri.

Semua itu pastinnya akan kembali kepada teman-teman semua bagaimana memahami materi yang telah aku tuliskan dan sampaikan. Perlu diingat dan digaris bawahi bahwa tulisan ini adalah opini saya pribadi yang disertakan dengan beberapa sumber. Harapannya melalui tulisan ini dapat membuka ruang kerangka cara berpikir kita agar semakin luas dan bijak nantinnya. Semoga Allah SWT memberkahi perjuangan hidup kita semua. Cukup sekian dari aku, jika ada kurang dan lebihnya mohon maaf dan terima kasih.

Editor: Hasna Arsita

You may also like...